1. BANYUWANGI
  2. KULINER

Sajian Internasional Sego Cawuk khas Banyuwangi oleh Chef Aiko

Dalam kesempatan itu Chef Aiko memberikan masukan untuk membuat tampilan Sego Cawuk agar bisa dinikmati oleh warga dunia.

Chef Aiko memasak Sego Cawuk khas Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Suci Rachmaningtyas | Sabtu, 09 April 2016 18:36

Merdeka.com, Banyuwangi - Festival Sego Cawuk 2016 siang tadi, Sabtu (9/4) mengundang banyak perhatian warga Banyuwangi dan wisatawan nusantara. Di tangan chef Aiko, Sego Cawuk atau Sego Janganan khas Banyuwangi disajikan untuk kelas Internasional.

Chef kenamaan Indonesia tersebut berbagi cara untuk penyajian makanan tradisional seperti Sego Cawuk menjadi makanan yang berkelas Internasional. Hal tersebut ia lakukan dengan proses plating atau penyajian di piring dengan lebih modern.

Acara yang dilaksanakan di sisi kiri Taman Blambangan tersebut disambut meriah oleh mayoritas ibu-ibu yang mengikuti festival. Dalam pelaksanaannya, chef Aiko memberikan masukan untuk membuat tampilan Sego Cawuk agar bisa dinikmati oleh warga dunia.

Seperti halnya penempatan beberapa varian makanan dalam Sego Cawuk itu sendiri. Chef Aiko dengan cekatan memasukkan nasi yang sedang mengebul panas kedalam pincuk’an daun pisang yang dibentuk mengerucut.

Segi Cawuk ala Chef Aiko
© 2016 merdeka.com/Suci Rachmaningtyas




“Namanya aja cawuk, tapi tetep kebersihan harus tetep dijaga ya,bu. Kalau tidak menggunakan glove (sarung tangan), usahakan kuku tangan ibu-ibu jangan ada yang panjang. Ibu-ibu sekalian boleh cek kuku tangan saya, nggak pernah panjang. Saya juga nggka pernah pakai pewarna kuku,” ungkap chef ibu kota tersebut.

Selanjutnya proses penempatan daun Semanggi ditaruh di bawah nasi putih (berberntuk kerucut) sebagai dasar penyajian. Biasanya, masyarakat Banyuwangi akan mencampur daun Semanggi bersama varian makanan yang lain di atas nasi putih.

Chef Aiko melakukan penempatan pelasan atau pepes ikan tongkol, pindang telur, cocoh tahu, sambel serai, becek teri (urap-urap ditambah ikan teri). Kesemuanya itu ditempatkan mengelilingi nasi putih. Sementara janganan pindang (tapi karena ikannya besar jadi hanya disajikan kuahnya saja), beserta janganan kelapa disajikan di wadah kecil tersendiri.

“Tapi sebagian (platingnya) karena untuk sajian internasional kan saya nggka campur kuahnya. Karena apa, nggak semua orang suka yang basah banget ,ibu. Tapi tetep kita kasih unsur dari cawuknya ini. Ini akan saya taruh sini (kuahnya aja). Jadi pilihannya jika orang pengen makan tinggal pilih. Seneng yang kuah pindangnya atau yang kuah kelapanya. Jadi ngga kita campur,” terang Chef Aiko sembari bercengkrama dengan ibu-ibu peserta festival.

(FF/SR)
  1. kuliner
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA