"Mereka berpikir kenapa barang-barang bekas ini tak dimanfaatkan. "Selain biaya produksinya murah, juga banyak diminati masyarakat," kata Tanti.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ide cerdas jika disia-siakan menjadi percuma. Tapi tidak bagi pasangan Yudia Prananta (44) dan Tanti Wahyu Lestari (40), warga Jalan Raden Wijaya 86, Giri, Banyuwangi, Jawa Timur ini.
Berbekal ilmu arsitek, Yudia yang sehari-hari berprofesi sebagai kontraktor ini menyulap limbah sampah menjadi furniture bernilai seni. Perabot rumah tangga yang dia buat itu berasal dari ban bekas, drum, krat botol bir, kayu pallet dan masih banyak lagi.
Menurut pasutri dua anak ini, ide awal pembuatan furniture mewah bernuansa art ini dimulai awal 2016 ini. Saat itu, keduanya berpikir kenapa barang-barang bekas ini tidak dimanfaatkan. "Selain biaya produksinya murah, juga banyak diminati masyarakat," kata Tanti, Minggu (20/3).
Kemudian munculah ide membuat meja-kursi dari ban vulkanisir (ban bekas) dan drum bekas, termasuk dari krat botol bir. Untuk ranjang, dibuat dari kayu pallet bekas yang masih bisa dimanfaatkan. "Bahan-bahannya kita beli dari pengepul, maupun per orangan. Kemudian kita olah menjadi peralatan furnitur," terang Yudia.
Yudia melanjutkan, banyak sampah bermanfaat di sekitar kita. "Hanya saja, banyak yang tidak mengetahui ilmu rekayasa dan kegunaannya. Benda-benda seperti drum bekas, ban bekas, botol, pallet dan masih banyak lainnya, masih bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Yudi juga menjelaskan, sebelum menekuni bisnis barunya ini dia dan istrinya resah melihat banyaknya barang bekas di lingkungannya. Saat itulah, bersama sang istri, Yudi berpikir untuk memberikan nilai lebih pada barang bekas yang ada di sekitarnya tersebut.
"Banyak benda-benda seperti tong, ban bekas yang dibiarkan tidak terpakai oleh pemiliknya. Akhirnya saya terpikir untuk memanfaatkannya. Berbekal referensi dari banyak pihak, saya lalu bertekat menekuni bisnis ini. Barang-barang bekas ini ternyata cocok juga dijadikan bahan pembuatan furniture," terang Yudia.
Yudia menyebut, untuk satu kursi dari ban bekas sudah disulap menjadi furniture unik, dibandrol Rp 250 ribu. "Bahan produksi sekitar Rp 200-an. Jadi kita jual Rp 250 ribu, kalau kursi dari krat bir, kita hargai Rp 150 ribu. Yang dari drum kita jual Rp 300-an," katanya.
"Ini lagi coba-coba. Memang kita lagi cari pasar. Barang-barang ini kita garansi 20 tahun. Tapi memang saat ini masih belum banyak yang minat dengan barang-barang agak nyeni," sahut Tanti lagi.
Namun jangan kuatir. Bisnis cerdas milik sepasang suami-istri yang diberi nama Galeri Sophie ini dilirik Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkab Banyuwangi yang tengah getol mengampanyekan program pengurangan sampah, yaitu Program 3 R; Reuse, Reduse, dan Recycle.
Bahkan, DKP ikut menyediakan stan khusus bagi Yudi dan Tanti untuk memasarkan produk recyclenya di arena Festival Green and Recycle Fashion Week 2016 di Amphiteatre Pantai Boom, hari ini.
Meski tergolong baru, Yudia dan Tanti optimis, produk daur ulangnya ini mampu bersaing di pasaran. Mengingat masyarakat mulai tumbuh kesadaran akan pemakaian barang ramah lingkungan.
"Kami yakin bisa laku di pasaran, karena kami jual furniture yang menarik namun dengan bahan berbeda. Apalagi sekarang Banyuwangi akan memiliki sistem pemasaran untuk UMKM berbasis IT, seperti Marketplace UMKM Banyuwangi, pasti ruang pemasaran kami akan meluas," kata Yudia yakin.
Saat ini, Yudia dan Tanti juga tengah menjajaki pembuatan Guest House dari kontainer bekas. "Yang ini (Guets House) masih on progres. Kita lagi dalami. Kita kapan hari lihat-lihat di Surabaya, ada yang membuat rumah bagus berbahan dari kontainer yang tak terpakai. Mungkin dalam waktu dekat kita akan membuat Guest House dari kontainer," tandas Yudia.