1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Penonton diajak mengenal filosofi batik kopi pecah dalam panggung BBF

"Menceritakan perjuangan kopi, mulai dari proses pemetikan yang benar, dijemur, disangrai, dan dia rela untuk dipecah," kata Ipuk.

Puncak Banyuwangi Batik Festival. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 30 Juli 2017 12:50

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali menyelenggarakan Banyuwangi Batik Festival (BBF) untuk kelima kalinya. Tahun ini, ajang BBF mengangkat tema motif batik 'Kopi Pecah'.

Puncak acara berlangsung di Taman Blambangan, beragam desain casual, retro, busana formal, gaun pesta hingga busana syar'i ditampilkan oleh talenta model, Puteri Indonesia 2017 Bunga Bunga Jelita Ibrani sampai penyanyi Isyana Sarasvati.

Tidak hanya menampilkan desain-desain fesyen yang dibawakan para model, ajang BBF juga menampilkan filosofi kopi pecah lewat aktivitas para nenek-nenek penabuh lesung. Motif batik Kopi Pecah, menceritakan perjuangan cita rasa kopi agar bisa menghasilkan rasa yang harum.

"Menceritakan perjuangan kopi, mulai dari proses pemetikan yang benar, dijemur, disangrai, dan dia rela untuk dipecah untuk mengeluarkan aroma harum," ujar Dewan Kerajinan Nasional Daerah Banyuwangi, Ipuk Festiandani, Sabtu (29/7).

Masyarakat Suku Using, secara tradisional memisahan kulit kopi dengan bijinya menggunakan lesung. Dari situ, juga lahir sebuah tradisi musik tabuh lesung yang dilakukan oleh para perempuan desa. Sebelum ajang fesyen dari para model ditampilkan, keluar 5 orang nenek-nenek duduk berjajar, lalu menumbuk daun sirih dan pinang untuk menginang.

Di sisi lain, beberapa nenek lainnya sayup-sayup menyanyikan lagu Using 'Umbul-umbul Blambangan' sambil menabuh lesungnya menjadi musik pengiring. Nuansa yang etnik ini, kemudian melebur menjadi satu dengan konsep panggung modern dan penampilan 50 model secara bergantian.

Para model, mengenakan pakaian dari hasil pembatik lokal yang berkolaborasi dengan desainer ternama. Ada Gregorius Vici, Andi Sugik, Al Muzakki Fahim, Xandreg, dan Aldre. Mereka menggandeng pengrajin batik lokal Banyuwangi seperti Pendawi, Seblang, Mertosari, Salsa dan Nozza.

"Para fashion desaigner kami berikan tantangan untuk mengkreasikan karya batik pengrajin lokal dengan berbagai segmentasi mode," kata Presiden Indonesia Fashion Chambers IFC Ali Charisma yang turut hadir dalam acara.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, akan berkomitmen menyajikan tampilan BBF yang lebih maksimal dari tahun ke tahun.

"Di tahun kelima ini, kita banyak belajar dari penyelenggaraan sebelum-sebelumnya. Sekarang sudah ada 40 motif batik khas Banyuwangi yang sudah dipatenkan. Tentu ini potensi besar untuk ditampilkan lebih baik dan meriah lagi di tahun-tahun mendatang," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Banyuwangi Batik Festival
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA