1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Eko Rastiko, seniman patrol otodidak dari Banyuwangi

"Kami selalu belajar secara otodidak. Diajari sekali, pasti sudah bisa," ujar Eko.

Eko Rastiko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Suci Rachmaningtyas | Kamis, 17 Maret 2016 11:08

Merdeka.com, Banyuwangi - Siapa sangka, Eko Rastiko (38) seorang tenaga harian lepas di Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi, merupakan seorang seniman patrol kenamaan di kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa itu. Lelaki berbadan tegap tersebut mengenal dunia kesenian semenjak kecil. Ia mendapat darah seni turun-temurun dari keluarganya.

Eko menceritakan kepada Merdeka Banyuwangi, kakeknya, Kacung Tarmat, ialah sosok seniman yang menghidupkan kembali kesenian yang sempat dibungkam pada masa 1965. Pada 1977, seniman Wayang Orang tersebut mendirikan lembaga kesenian Banyuwangi Putra (BP). Di dalamnya terdapat puluhan seniman Angklung Tari, Angklung Caruk, dan musik Patrol.

Sebagai ketua Lembaga Kampung Wisata Temenggungan (Kawitan), Eko merasa bangga dengan darah seni yang mengalir di tubuhnya. Sebab bapak dan ibunya, Kusbandi dan Suparti pun pegiat seni di Temenggungan semenjak dahulu kala hingga sekarang. Kusbandi adalah seorang penabuh angklung. Sementara Suparti adalah seorang penyanyi dan penari Banyuwangi.

 

Anak sulung dari tiga bersaudara itu pun mengatakan jika adik-adiknya adalah pecinta seni seperti dirinya. Adik pertamanya, Sumanjaya, merupakan sosok pembuat angklung dan seniman musik patrol. Sementara adik keduanya, Kuswari pun menggemari musik patrol pula. Tak salah jika musik patrol yang dipelajari secara turun temurun oleh keluarganya itu selalu mendapat juara di Jawa Timur.

"Kami selalu belajar secara otodidak. Diajari sekali, pasti sudah bisa," ujar bapak dari tiga anak itu. Eko menambahkan, anak sulungnya yang bernama Dino Tarto pun antusias memainkan gamelan yang tergabung dalam BP Junior, sebuah grup gamelan anak di Temenggungan.

Eko pun sampai tak mengingat satu-per satu capaian dari kegemarannya bermain musik patrol. Mungkin hanya beberapa tahun ke belakang saja yang ia ingat. Ia mengaku BP pernah dikalahkan pada tahun 2013 oleh grup patrol asal Malang dan Sidoarjo pada acara Festival Patrol Ramadhan.

Ia bercerita dengan menggebu jika kekalahan pada tahun itu dikarenakan grupnya hanya menggunakan alat musik dari bambu saja. Namun ia dan BP tak mau patah arang. Tahun 2014 dan 2015, BP selalu menjadi juara wahid, mengalahkan grup dari Jember dan Sidoarjo.

Senyum sumringah terpancar ketika Eko selesai menceritakan pengalamannya dalam merawat kebudayaan asli Banyuwangi. Ia pun semakin berapi-api ketika menceritakan Banyuwangi Putra akan tampil dalam Malang Jazz Festival 2016 yang akan berkolaborasi denga musisi nasional seperti Tri Utami, Syaharani, Nita Artsen, Koko Harsoe, Redy Eko Prasetyo, dan Ganser, pemain sasando dari NTT.

(MT/SR)
  1. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA