1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Kayuh sepeda dari Pacitan, Aris Widodo dapat penghargaan

Aris mendapat penghargaan setelah Buapti Anas mengetahui pemberitaan mengenai seorang kakek yang sengaja datang ke ITdBI dengan sepedanya.

Aris Widoodo. ©2016 Merdeka.com Editor : Farah Fuadona | Minggu, 15 Mei 2016 10:42

Merdeka.com, Banyuwangi - Senyum Aris Widodo terlihat lebar setelah turun dari panggung awarding International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2016. Kakek berusia 78 tahun ini mendapatkan penghargaan Red and White Jersey dan sejumlah uang dari Bupati Abdullah Azwar Anas.

Aris Widodo mendapatkan apresiasi dari Bupati Anas, setelah mengetahui pemberitaan dari media. Bahwa ada seorang Kakek yang naik sepeda ontel dari Pacitan sampai Banyuwangi hanya ingin melihat ITdBI.

“Beliau ini punya kesan di Banyuwangi, tadi kita beri bonus untuk keperluan beliau pergi dan pulang kembali bersama keluarganya. Maturnuwun Pak,” ujar Anas dalam konferensi pers usai awarding ITdBI etape 2.

Saat ditemui Merdeka Banyuwangi, Aris terlihat bingung ingin pergi ke mana. Sambil berjalan membawa sepeda gunung produksi tahun 1993, dia bertemu dengan seorang perempuan dari salah satu stasiun radio di Banyuwangi. Sementara Aris akan menginap di sana.“Sementara mau nginap di radio Mbak ini. Kemarin-kemarin saya tidur di Polsek, Rogojampi,” ujarnya singkat.

Saat ditanya bagaimana kesan dia setelah mendapat sambutan dari bupati, Aris tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. “Ya biasa saja. Cuma kita mau berkata panjang lebar, waktunya gak ada. Tapi ya senang sambutan begitu meriahnya,” tuturnya.

Perjalanan Aris dari kampung halamannya, Desa Krajan, Kecamatan Arjosari, Pacitan hingga ke Banyuwangi membutuhkan waktu 10 hari. Tepat saat ITdBI etape pertama hari Jumat (11/5) kemarin, Aris baru sampai di Banyuwangi. “Perjalanan dari Pacita 10 hari lebih. Kan 1000 kilo lebih, dari Pacitan kemari,” jelasnya.

Aris berencana akan kembali pulang ke Pacitan setelah acara ITdBI selesai. Kedatangannya ke Banyuwangi memang ingin melihat sekaligus turut serta bersepeda dalam ITdBI. Namun dia menyadari, di usianya yang sudah 78 tahun, tidak akan mampu mengikuti kecepatan para pembalap.

“Waaah, kepingin se kepingin. Tapi nanti ketinggalan jauh. Bisa ngikuti, tapi nanti ketinggalan jauh sama pembalap muda-muda itu. Habis ini mau pulang ke Pacitan,” ujarnya.

Aris mulanya tahu di Banyuwangi akan ada acara balap sepeda skala international dari media. Dia lantas memutuskan berangkat, meski tidak membawa banyak uang. Selama perjalanan dia seringkali dibantu oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat tertarik dengan bendera merah putih yang selalu Aris bawa di bagian belakang sepedanya.

“Selama perjalanan saya mampir di instansi mana saja. Saya sering dibantu sama mereka. Kadang di koramil, kadang di kepolisian, kadang di Pom bensin. Mana yang lelah gitu saja, gak mesti,” jelasnya.

Pengalaman Aris bersepeda jarak jauh, tidak hanya di Banyuwangi. Dia sudah keliling Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara. Tidak lupa, dia akan selalu membawa bendera merah putih yang ditaruh di bagian belakang sepedanya.

“Jadi gak ke sini saja. Pernah ke luar negeri ke Singapura, Malaysia, Laos, Vietnam, Nyanmar, terus apa lagi gak apal. Sudah terlalu banyak. Dan saya selalu bawa bendera merah putih. Saya akan terus bersepeda. Mudah mudahan kuat, sehat,” tutur Kakek yang sudah hobi bersepeda sejak usia 9 tahun ini.

(FF)
  1. Tour de Banyuwangi Ijen
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA