1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Kabar dari kampung seni Temenggungan Banyuwangi siap go internasional

Seniman Temenggungan sukses menggelar festival kampung seni Desa Temenggungan, Kabupaten Banyuwangi pada 16-17 Januari 2016.

Fstival Kampung Seni di Desa Temenggungan Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Suci Rachmaningtyas | Rabu, 16 Maret 2016 11:06

Merdeka.com, Banyuwangi - Kabar ini datang dari sebuah kampung di daerah paling timur Pulau Jawa, Desa Temenggungan di Kabupaten Banyuwangi. Seturut dengan kian menggeliatnya potensi pariwisata kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu, warga Temenggung pun siap go internasional. Warga yang rata-rata bekerja sebagai kuli dan tukang pijat itu ternyata punya darah seni tinggi. Mereka lihai bermain musik.

Maka yang terjadi kemudian, sekelompok warga Desa Temenggung ini membentuk sebuah komunitas seni bernama Hiduplah Indonesia Raya (Hidora). Komunitas ini kian populer bagi masyarakat setempat saat menggelar Festival Kampung Temenggungan yang berlangsung pada 16-17 Januari 2016 lalu. Sejumlah seniman dari mancanegara dan para musisi kontemporer Indonesia turut memeriahkan acara tersebut.

Kolaborasi antara seniman lokal di Desa Temenggungan bersama seniman dari berbagai daerah di nusantara hingga mancanegara itu kian mengukuhkan bahwa Temenggungan benar-benar kampung seni dan siap go internasional. Masyarakat bersama Komunitas Hidora dengan tangan terbuka menyambut kedatangan tamu-tamu dari berbagai penjuru dunia dan nusantara itu.

Dalam festival tersebut, para musisi berkolaborasi memainkan keahlian masing-masing dalam bermusik. Ada enam grup musik tradisional Kampung Temenggungan yang turut berkolaborasi dengan seniman dunia, yaitu; Grup musik tradisional Banyuwangi Putra Junior (grup gamelan anak), Banyuwangi Putra Senior (grup musik patrol), Ala-ala Atung (grup akustik kontemporer), Saronen Keradenan - grup saronen), Kuntulan Kontemporer (grup kuntulan).

"Yang terjauh dari NTT, Bali (Ubud dan Denpasar), Situbondo, Malang, Tuban, Yogyakarta, Solo, Bandung, Penajem Paser Kaltim, Jakarta dan lain-lain. Total pengisi acara ada 48 pengisi acara," ujar Bactiar Djanan, pendamping dari Komunitas Hidora kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (15/3).

Musisi dari penjuru nusantara yang hadir dalam acara tersebut antara lain; Yuliez Mbix (musisi etno kontemporer dari Ubud, Bali), Tebo Aumbara (performance art dari Denpasar, Bali), Neo Balafon (musisi etni kontemporer dari Ubud, Bali), Miyoshi Masato (pemain violin dari Ubud, Bali), Putut Prabubu (Tabubu Etnik, Yogya), Ganzen Sasandois (pemain sasando dari NTT), Rindhing Unen-unen (grup musik etno kontemporer dari Rengel, Tuban), Jamal Loge (penari dari Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Redy Eko Prastyo (musisi etno kontemporer dari Malang), Jatmiko Perkusi (pemain perkusi dari Malang), Catur Sang Klana Wijaya (musisi etno kontemporer dari Ubud, Bali), dan Rayhan Sudrajat (gitaris etno kontemporer dari Bandung).

Sementara musisi dari mancanegara antara lain; Gilles Saissi (gitaris etno dari Perancis), Sarka Bartuskova (penari kontemporer dari Republik Ceko), Matilda (penari fire dancer dari Lithuania), Lucas (musisi etno kontemporer dari Lithuania), Marios Manelaou (musisi etno kontemporer dari Cyprus), Isis Wolf (pemain light Clarinet dari Inggris).

Dalam perhelatan tersebut yang dihadiri sekian puluh musisi tersebut, Bactiar menjelaskan bahwa mereka hadir di desa Temenggungan dengan biaya pribadi. Terlebih pula penampilan mereka di acara Festival Kampong Temenggungan saat itu sama sekali tidak dibayar.

(MT/SR)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA