1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Mengenal Seblang Olehsari, tarian mistis asal Banyuwangi

Sebuah panggung arena tari didesain melingkar. Pemain musik berada di tengah area tari.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 06 Juli 2017 15:11

Merdeka.com, Banyuwangi - Faida Yulianti (11) berjalan menuju panggung tari, didampingi empat orang sesepuh yang membawa bara asap kemenyan, Omprok Seblang, dan payung peneduh. Faida akan menari Seblang selama 18 jam, dalam 7 hari di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi, setiap pukul 13.30-16.30 WIB.

Selama menari, Faida akan mengalami kejiman (kerasukan) dari leluhur yang memasuki raganya. Dia menari mengenakan omprok yang terbuat dari irisan pelepah pisang dan berbagai macam bunga.  

Sebuah panggung arena tari didesain melingkar. Pemain musik berada di tengah area tari, di bawah peneduh payung putih besar. Kemudian penari Seblang akan terus menari mengitari arena, didampingi ketua adat, dua pengiring laki-laki dan perempuan.

Ketua Adat Desa Olehsari, Ansori menjelaskan, tari Seblang merupakan ritus masyarakat secara turun temurun sebagai wujud syukur terhadap hasil bumi, serta upacara bersih desa untuk mengusir balak (bencana).

“Seblang Olehsari ini dalam rangka selamatan kampung, bersih desa setiap satu tahun sekali. Sekaligus, rasa syukur, hasil pertanian, masyarakatnya diberi keselamatan atau tenang,” jelas Ansori kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (4/7).

Seblang Oleh Sari berlangsung sejak 30 Juni sampai 6 Juli 2017. Ansori mengatakan, ritus Seblang Olehsari sudah ada sejak tahun 1930, sekaligus bentuk perlawanan kepada Pemerintah Kolonial Belanda.

“Seblang oleh sari, menurut mbah saya mulai tahun 1930. Saat itu Seblang juga menjadi simbol perlawanan kepada Belanda, salah satunya lewat syair-syair lagu tarian Seblang dan bentuk tariannya yang tangannya terus menyapu, mengusir balak,” jelasnya.

Penari Seblang, lanjutnya, dipilih melalui petunjuk leluhur lewat tubuh warga Desa Olehsari yang kerasukan. Faida sendiri sudah menjadi penari Seblang kali ketiga, dan merupakan generasi ke-28.

“Kemungkinan tahun depan dia masih bisa terpilih lagi. Biasanya setiap Bulan Ramadan, ada yang kesurupan dan memberikan petunjuk siapa penarinya. Oleh yang kerasukan saya diberi petunjuk namanya ini. Dari dulu yang ditunjuk selalu yang muda,”jelas pria yang sudah menjadi ketua adat selama 10 tahun ini.

Pada hari terakhir, atau ke-7, Penari Seblang akan diajak mengitari Desa Olehsari. Dengan harapan agar semua cobaan atau balak di desanya bisa terus dijauhkan.

Dari gerakan tari seblang, tangan penari selalu mengibaskan ke atas seperti sedang mengusir. Kemudian penari yang sedang kerasukan, matanya terus terpejam dan menari mengikuti irama musik dan lagu yang dibawakan.

“Di hari terakhir mesti harus diadakan ider bumi keliling kampung. Di situ ada tempat tempat yang dituju Seblang sendiri, di setiap perempatan pojok-pojok seblangnya nari di situ,” ujar dia.

(MH/MUA)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA