Rumah Adat Using memiliki tiga bagian.
Merdeka.com, Banyuwangi - Arsitektur rumah adat Using, sampai saat ini bisa dilihat di Desa Kemiren. Sebuah desa yang sudah ditetapkan menjadi kawasan wisata Using. Merdeka Banyuwangi, coba mendatangi salah satu rumah adat Using untuk melihat bagaimana ciri khasnya.
Adi Purwadi (54) salah satu warga Desa Kemiren menjelaskan, rumah adat using miliknya sudah berusia ratusan tahun. “Ini sudah ratusan tahun, saya beli dari orang yang usianya 70 tahun. Padahal ini rumah peninggalan Bapaknya. Dibuat saat masih lajang,” tutur Purwadi, Jumat (16/4).
Rumah Adat Using, memiliki tiga bagian. Bagian depan bernama balai (ruang tamu), kemudian jerumah (ruang keluarga) dan pawon (dapur). Sedangkan sebagian besar tata letaknya memanjang, dari depan ke belakang.
Sebelum tahun 1970, kata Purwadi, rumah adat Using, masih menunjukkan strata sosial masyarakatnya. Menurutnya, ada tiga tingkatan rumah adat Using. Paling besar bernama tikel, baresan untuk ukuran sedang, dan crocogyan yang kecil. “Tapi cikal bakal orang buat rumah itu crocogyan,” jelasnya.
Salah satu penanda rumah adat Using menunjukkan strata sosial masyarakat, yakni jumlah tikel yang dimiliki. Sebab, sebelum tahun 1970 sapi masih di taruh di dalam rumah.
“Satu tikel untuk hewan peliharaan, kemudian untuk tempat keluarga lain lagi. Satu tikel bisa jadi ruangan, ruang tamu. Terus tikel lain bisa dipakai jerumah sama pawon. Makanya tadi rumah itu bisa dilihat jadi status sosial, ya kalau ekonominya menengah ke bawah dia tidak punya sapi,” terangnya.
Setelah tahun 1970-an, sebagian sapi sudah ditaruh di sawah. Bila sawahnya jauh baru ditaruh di rumah. Sapi menjadi barang mewah bagi masyarakat Using dahulu. Selain juga menjadi sumber penghidupan untuk bekerja di sawah. “Kalau rumahnya tikel-tikel berarti orang mampu. Sekarang gak bisa dijadikan patokan,” ujarnya.
Sedangkan konstruksi bangunan rumah Using untuk dapur bernama amper.“Terus sapi-sapi sudah ditaruh di sawah, akhirnya crocogyan di taruh di depan (yang awalnya jadi dapur). Karena dianggap pas untuk ruang tamu. Orang Using selalu selametan, makanya butuh ruangan besar,” lanjutnya.
Selain itu, rumah adat Using tidak menggunakan paku namun menggunakan pasak kayu. Sehingga bisa dibongkar pasang. Penggunaan paku hanya untuk bagian usuk dan reng (kerangka atap). Dari situ rumah adat Using justru menjadi tahan gempa.