Tak berbeda dengan Banyuwangi, daerah Gunungkidul pun dianugerahi puluhan pantai indah nan eksotis.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kesuksesan Banyuwangi sebagai destinasi wisata, rupanya menarik minat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk belajar sistem pengelolaan wisata di sini. "Saya sudah sering mendengar soal kemajuan wisata di Banyuwangi baik dari berita online dan TV. Ternyata apa yang disampaikan media itu benar adanya, wujudnya ada, inovasinya juga ada," ujar Bupati Gunungkidul Badingah saat ditemui di Lounge Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jumat (24/3).
Ia akan mengadopsi sejumlah inovasi yang telah dilakukan seperti festival budaya, manajemen pengelolaan pariwisata dan mengangkat kearifan lokal yang memiliki nilai jual.
Tak berbeda dengan Banyuwangi, daerah Gunungkidul pun dianugerahi puluhan pantai indah nan eksotis. Situs pubakala seperti gua, gunung purba dan candi. Kekayaan alam yang beragam ini menurut Badingah, belum dieksplor secara maksimal. "Kami akan belajar cara meningkatkan sumber daya manusia di Banyuwangi. Kita juga akan merubah pola pikir orang-orang mengenai Gunung Kidul," ujarnya.
Ia tak membantah jika selama ini masih banyak orang yang memandang Gunungkidul sebagai daerah yang tandus dan miskin, "Kebanyakan yang mereka tahu tentang Gunungkidul itu gudangnya pembantu dan TKW saja. Makanya kami ingin merubah pola pikir itu. Kita harus membangun sumber daya manusianya, Banyuwangi saja bisa," kata Badingah.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Saryanto, pihaknya sedang menyusun data mengenai beragam kesenian di sana. Banyak kesenian masyarakat yang hingga kini masih terjaga dengan baik dan dibudayakan oleh masyarakat, seperti ketoprak, jathilan dan reog.
"Pentas seni itu dipastikan selalu ada, namun hanya kita belum menyusunnya menjadi jadwal pasti seperti yang ada di Banyuwang. Tapi September ini kita ada Festival Dhaksinarga yang diambil dari nama lain Gunungkidul. Festival ini diselenggarakan sebagai hari jadi keanggotan Gunungkidul sebagai kawasan Geopark oleh Unesco," kata Saryanto.