"Bahannya memborong dari pabrik, kalau jualnya dulu masih dipikul keliling," kata Samsul.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sejak tahun 1970-an, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai sentra kerajinan peralatan dapur. Mulanya, mayoritas penduduk Kalibaru merupakan petani dan buruh di perkebunan. Baru sekitar tahun 1965, ada tiga warga asal Kabupaten Madiun yang bermigrasi ke Kalibaru untuk membuat kerajinan dandang dan wajan. Ketiga orang tersebut bernama, Godel, Sugiyo dan Misrudin.
Samsul Arifin (59), generasi kedua perajin perlengkapan dapur mengatakan, saat pertama membuat kerajinan pada tahun 1978, dia masih menggunakan bahan dari drum. Kemudian pada 1980-an, para perajin mulai beralih menggunakan bahan seng.
"Bahannya memborong dari pabrik, kalau jualnya dulu masih dipikul keliling," kata Samsul kepada Merdeka Banyuwangi, Jumat (4/8).
Saat itu, dia melanjutkan, jumlah perajinan alat dapur di Kalibaru masih mencapai 60 orang lebih. Semakin lama, persaingan antar perajin semakin ketat, membuat satu per satu dari perajin memilih untuk bermigrasi ke luar kota dan provinsi.
"Tahun 1996 sampai era krisis, banyak yang memilih merantau. Mungkin tinggal 10 orang perajin yang bisa membuat. Saya sendiri pernah ke Makasar dan Bali, jualan kerajinan dapur keliling dengan dipikul," ujarnya.
Sejak tahun 2000-an, para perajin sudah mulai menerima orderan dari luar kota, tanpa harus jualan keliling lagi.
"Sekarang sudah ada 34 perajin alat dapur rumahan di sini. Sekarang sistemnya sudah pesanan. Jualnya sudah ke Ternate, Kupang, Sumbawa, Flores, Sumatera, Kalimantan," kata Idhoatul Ghonia (37) salah satu perajin perlengkapan alat dapur. Idhoatul merupakan perajin generasi ketiga, cucu dari perajin pertama, Misrudin.
Saat ini, perajin sudah membuat kerajinan alat dapur dari bahan almunium, stainless dan monel. Dari bahan, per kilo Idhoatul menjual mulai harga Rp 75 ribu per kilo dandang berbahan almunium, stainless Rp 125 dan model seharga Rp 1 juta per kilonya.
Tidak hanya dandang dan wajan, saat ini para perajin juga membuat beragam perlengkapan mulai dari alat oven kue, panci, gelas, cetakan kue sampai sutil.
"Sehari kalau wajan kadang buat lima. Pas lebaran rame, per hari bisa sampai Rp 8 juta. Kalau hari gini tergantung rezeki," katanya.
Tidak hanya itu, para wisatawan kata Idhoatul juga sudah mulai banyak yang mampir untuk membeli langsung. Sepanjang jalan Desa Kalibaru Wetan memang terlihat beragam perlengkapan dapur digantung di halaman masing-masing rumah perajin.
"Kalau wisatawan, banyak yang mampir untuk beli. Banyak juga yang penasaran sambil tanya-tanya kok bisa sebanyak ini yang jualan," ujarnya.