Rencananya, Della akan menamai rumah bacanya “Rumah Baca Pesisir”. Lokasinya rumah bacanya menggunakan rumahnya sendiri.
Merdeka.com, Banyuwangi - Della Hermawan, pemuda yang masih berusia 18 tahun ini sudah memupuk cita-citanya sejak dini. Siswa SMKN Glagah Banyuwangi ini punya cita-cita menjadi guru. Sejak dua pekan kemarin, setiap pulang sekolah Della membuat perpustakaan kecil dengan menggelar buku di atas tikar berukuran 2x2 meter di pesisir take off Pelabuhan Ketapang. Tepatnya di lingkungan Krajan, Desa Bulusan, Kecamatan Kalipuro.
Mulanya, Della seperti seorang pedagang buku di tepi Pelabuhan take off Ketapang (tempat kapal diperbaiki, atau libur). Namun perlahan masyarakat sekitar mengetahuinya. Buku-buku tersebut tujuannya untuk dibaca masyarakat nelayan, pemuda, dan anak-anak pesisir Bulusan.
“Awalnya saya dikira jualan buku. Tapi saya bilang, silahkan dibaca, tidak dijual,” ujarnya saat ditemui Merdeka Banyuwangi, di lapak tikar bacanya, Rabu (23/3).
Della, merupakan pemuda kelahiran pesisir Bulusan 1998. Jarak lapak tikar baca miliknya dengan rumahnya kurang lebih hanya 300 meter ke arah utara. Rumahnya termasuk di pesisir pantai Bulusan dengan pemukiman padat penduduk.
Semua itu dilakukan Della mulai pukul 14.00 WIB saat pulang dari sekolah sampai pukul 17.30 WIB. “Awalnya saat pertama kali buka, yang datang membaca hanya tiga sampai empat anak,” jelasnya.
Setiap di sekolah, Della mengaku sering mengunjungi perpustakaan. “Saya memang suka baca. Kalau baca rasane hatiku tenang, selain membaca bisa dapat ilmunya,” tuturnya.
Aktivitas Della membuka lapak tikar di pesisir Bulusan bermula saat dia melihat jambore di Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) pertengahan Januari kemarin. Dalam acara jambore tersebut, Rumah Literasi Banyuwangi (RLB) ikut serta mengenalkan diri untuk mengajak membuat rumah baca dan mengkampanyekan baca kepada semua orang. Termasuk kepada Della, yang hadir saat itu.
“Ada jambore di Uniba, saya tertarik melihat, kok ada yang gelar buku dan bisa dibaca gratis,” kenang Della, yang saat itu penasaran.
Dia kemudian memberanikan diri berecerita kepada pihak pustakawan SMKN Glagah. Tujuannya, Della ingin meminjam buku untuk lapak kecilnya di pesisir Ketapang agar bisa menjadi perpustakaan di ruang publik kampung nelayan.
“Saya nganjurin, ada organisasi perpus. Saya cerita enak kalau ada RLB. Pihak perpusnya mendukung, dan sangat didukung juga sama RLB,” ujar siswa kelas 1 jurusan Tekhnika Kapal Penangkap Ikan ini.
Bila sudah sore, sekitar pukul empat sampai lima, Anak-anak Pesisir Bulusan akan dijemput orang tuanya. Beberapa juga ada yang terlihat pulang sendiri. Saat ditemui Merdeka Banyuwangi, ada delapan anak-anak SD yang sedang asik berkumpul memilih buku-buku dongeng dan komik. Empat di antaranya sudah putus sekolah.
“Ini yang tidak sekolah ada empat. Ada yang kelas 1 SD terus putus, yang itu kelas 2 SD, dan itu kelas empat. Masih SD banyak yang sudah berhenti sekolah soalnya di sini, Makanya ada yang belum bisa membaca,” tuturnya sambil menunjuk beberapa anak-anak yang sudah putus sekolah tersebut.
Sekitar pukul 19.00 WIB, Della menunggu anak-anak kecil di kampungnya datang ke rumahnya. Anak-anak tersebut, lantas diajari membaca, berhitung, menulis, dan sesekali bermain bersama, seperti melipat kertas (origami).
“Siangnya buka di sini, malamnya di rumah. Malamnya ngajarin baca, sambil main origami,” ujarnya. Saat ini, sudah ada sekitar 10 anak lebih yang diajari Della membaca.
Kata Della, sebagian besar anak-anak Desa Bulusan yang putus sekolah diakibatkan persoalan ekonomi orangtua. Selain itu, banyak juga orangtua yang belum mendukung anak-anaknya sekolah.
“Orangtuanya gak ada biaya. Rata-rata kerjanya nelayan, dan karena orang tuanya gak mendukung. Selain itu, kebanyakan di sini anak-anak hanya sampai lulus SMP. Yang hanya lulusan SD juga banyak. Kebanyakan sudah menikah,” jelas Della saat ditanya penyebab anak-anak SD tersebut sudah putus sekolah.
Della sendiri juga sempat ingin putus sekolah, semenjak ayahnya meninggal. Namun akhirnya ada seorang gurunya dari SMKN Glagah yang memberi bantuan biaya.
“Saya juga mau berhenti juga karena gak ada biaya, terus dibantu guru. Inginnya nanti saya jadi guru,” tutur anak terakhir dari empat saudara tersebut.
Sejak ditinggal pergi Ayahnya, Ibu Della membuka warung kecil di tepi pesisir Bulusan. Lokasinya tepat di samping Della membuka perpustakaan tikar. Seminggu sekali, Della selalu mengganti buku-buku di lapak tikarnya. Buku-buku tersebut berasal dari pinjaman perpustakaan di sekolahnya SMKN Glagah, dan dari RLB.
“Seminggu sekali ganti ini bukunya, dari perpus sekolahan, terus dari RLB juga,” jelasnya.
Suasana belajar di Perpustakaan Tikar Pesisir Bulusan
Sore itu, Nurul Hikmah, salah satu relawan RLB juga datang untuk memberi beberapa pelajaran mendongen kepada anak-anak pesisir Bulusan. Anak-anak yang mulanya sibuk membuka-buka buku, lantas terlihat menyimak saat Hikmah membacakan beberapa cerita dongeng.
Setelah itu, Hikmah memberi beberapa pertanyaan, seperti Banyuwangi itu masuk provinsi mana dan siapa Bupati Banyuwangi. Anak-anak yang bisa menjawab disuruh angkat tangan, dan bila bisa menjawab, Hikmah memberi hadiah sebungkus wafer cokelat.
“Siapa bupati Banyuwangi?,” tanya Hikmah.
“Saya. Saya saya. Pak Anas,” ujar salah satu anak. Dia dapat wafer cokelat. Pertanyaan kemudian berlanjut.
“Dia Pakai Kacamata tidak?”
“Pakai,” teriak anak-anak tersebut bersamaan. Semua dapat wafer cokelat. Semua bungkus wafer tersebut, lantas dikumpulkan, untuk dibuang ke tempat sampah.
Rumah Baca milik Della, kata Hikmah akan dilaunching bulan depan. Dia mengapresiasi semangat Della, karena mau praktek terlebih dahulu, baru kemudian di-launching. “Dia aksi dulu, praktek dulu. Launchingnya belakangan, itu lebih bagus,” Ujar Hikmah.
Rencananya, Della akan menamai rumah bacanya “Rumah Baca Pesisir”. Lokasinya rumah bacanya menggunakan rumahnya sendiri.
Saat ini Della masih suka baca-baca buku yang bisa memotivasi dirinya.
“Ini baca buku judulnya, Saya bisa merasakannya. Saya sukanya baca buku motivasi,” pungkasnya.